Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Penari

27 Mei 2020   23:04 Diperbarui: 27 Mei 2020   23:11 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang perempuan menari. Tubuhnya meliuk lentur, gerak tangan dan rentak kaki yang terukur, kadang patah-patah kadang tubuh rebah

Tarian yang berpuisi. Puisi-puisi yang bercahaya membentuk tarian

Ia masih menari, melebur pada riak ombak yang berdebur, di bawah cahaya bulan, melesat jauh melampaui angan, pada gemerisik guguran dedaunan kering yang terinjak, menyayat suasana yang hening, seperti rima pada sebuah sajak 

Aku selalu melihatnya, pada setiap lintasan waktu 

***

Cilegon, Mei 2020. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun