Seorang perempuan menari. Tubuhnya meliuk lentur, gerak tangan dan rentak kaki yang terukur, kadang patah-patah kadang tubuh rebah
Tarian yang berpuisi. Puisi-puisi yang bercahaya membentuk tarian
Ia masih menari, melebur pada riak ombak yang berdebur, di bawah cahaya bulan, melesat jauh melampaui angan, pada gemerisik guguran dedaunan kering yang terinjak, menyayat suasana yang hening, seperti rima pada sebuah sajakÂ
Aku selalu melihatnya, pada setiap lintasan waktuÂ
***
Cilegon, Mei 2020.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!