Di atasnya aku berlayar, membelah ombak menyelami kata-kata. Hanyut aku, terseret pada negeri-negeri dengan hutan-hutan yang basah, hingga menyusuri tanah tempat tenggelamnya matahari, tanah-tanah yang pecah dan tempat di mana air mudah membekuÂ
Padanya juga aku menyerap rasa, untaian kata para pujangga, tentang cinta, amuk, juga api yang menyalaÂ
Atau tuturan kisah, berulang-ulang disampaikan penunggang kuda, juga para petualangÂ
Atau melihat tanah-tanah asing tak bertuan, jejak-jejak tersembunyi pada pahatan dinding goa, dan dasar kelam sebuah lautanÂ
Flora-fauna, bintang-gemintang, serta keteraturan planet-planet pada galaksi AndromedaÂ
Tapi kini jendela itu terlihat rapuh, tergusur dengan kemudahan cerita dengan sekali sentuh
Jendela itu, buku itu, mudah-mudahan tidak lantas ditinggal sendirian. Tak ada yang membukanya. Berdebu
***
Cilegon, Mei 2020Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI