Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kutitipkan Puisi Ini

23 April 2020   06:56 Diperbarui: 23 April 2020   06:58 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto oleh Maryse dari Pixabay.com. 

Kutitipkan puisi ini pada lambung-lambung yang sepi, karena beberapa hari belum terisi, sementara mata-mata yang melihat mendadak membuta, amnesia kepada tetangga maupun saudara 

Kutitipkan juga puisi ini kepada mata yang mempunyai hati, untuk hati yang memiliki mata, agar tahu tentang banyaknya perih yang tak beruntung, menyusuri hari dengan tubuh limbung 

Aku ingin juga puisi ini dibaca peracik kata, yang tak ada tara dalam melarungkan benci dan cinta di kanal linimasa, tanpa melewati banding dan saring, untuk luapan sesaat tentang diri yang merasa paling 

Tapi aku ragu untuk menitipkan puisi ini kepada yang mempunyai sepatu, yang digunakan untuk menginjak, lebih peduli hanya kepada kelompok dan puak 

Tak arif bagaimana berpijak di jalan yang bijak 

***

Cilegon, April 2020. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun