Seseorang, mungkin buruh pabrik, mencoba tiap pagi tersenyum, menghitung nasib beranjak belum, belajar mengerti tentang diri, di keriuhan lalu lintas kota yang terasa begitu sunyi, mengisi absensi setiap hari, kelelahan mengikuti irama mesin industriÂ
Seseorang, mungkin istri dari dari seorang buruh pabrik, melepas suami dengan senyum, belajar mengarungi hidup dengan mafhum, karena impian terombang-ambing seperti pendulum, dan itu tak cukup disikapi dengan kata maklumÂ
Seseorang, anak kelas tiga SD, yang bapaknya mungkin sebagai buruh pabrik, tak mengerti mengapa ibunya selalu bilang dia harus mengerti. Padahal yang ia inginkan hanya satu, agar gurunya tak memanggil namanya keras-keras, tentang bayaran sekolah yang belum lunasÂ
Seseorang, hanya seseorangÂ
Siapa yang peduliÂ
***
Cilegon, Februari 2020.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H