Emak bagi kami adalah matahari, setiap pagi ia menghangatkan kami. Ia juga bisa membakar, kalau harga diri keluarga ada yang mencoba menawar (tapi Emak lebih suka diam dalam doanya).Â
Emak juga tulang-belulang kami. Setiap pagi hingga sore hari berdagang di pasar, agar kami tak takut untuk bermimpi ( oh, ya, kami sejak kecil sudah menjadi yatim )Â
"Ayah di mana, Mak?"
"Pergi jauh."
"Ke mana?"
"Surga."
"Ayah di surga?"
"Ya, kalau kalian sering berdoa untuknya."
***
Emak juga pandai bercerita. Matanya begitu hidup. Ia sering mengantar kami lelap, membawa rama-rama dan Putri yang diketuk-ketuk menjadi burung oleh nenek sihir. Di malam yang lain ia membawa kancil, harimau, dan buaya ke kamar kami.Â