Hari-hari yang rapuh
Rindu telah luruh
Puisi-puisi akan terus tumbuh. Di antara wajah-wajah yang bercahaya dan tersembunyinya air mata, di balik embun dan batas senja, juga siang yang membara dan mimpi-mimpi yang sulit dibaca
Di antara butiran salju yang dingin menghujam, dan percikan bara yang diam-diam merambat dalam sekam
Di antara debu-debu yang berterbangan sepanjang jalan dan ruang kubikel berhawa sejuk untuk membaca angan, di antara keluh pasar yang kumuh dan harga-harga saham yang menerjun jatuh
Di antara kata-kata yang terucap dan kalimat-kalimat yang tersiratÂ
Di antara batas benci dan keinginan selalu merindu
Juga
dalam hujan dalam kemarau dalam laut pasang dalam amuk gelombang dalam bukit yang tandus dalam hutan yang mengerang dalam desa yang sepi dalam kota yang mati dalam anak yang pergi dalam orangtua yang menangis di malam sunyi dalam orang yang marah dalam lidah yang patah dalam angka-angka tak terbilang dalam huruf-huruf terbaca sumbang
dalam pidato-pidato di televisi yang tak dimengerti dalam kerumunan tak peduli dan sakit hatiÂ
dalam dalamÂ