Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rhapsody untuk Perempuan yang Kucinta

14 Desember 2019   22:06 Diperbarui: 14 Desember 2019   22:06 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com

                                        

Sajakku adalah nyanyian ombak, bersama dendang nelayan, perahu-perahu siap kembangkan layar, membelah harapan yang luas terbentang 

Tak jarang dingin malam menusuk tulang, sekerlip cahaya bintang beri petunjuk ke mana menyusuri mimpi-mimpi yang dirompak, terombang-ambing oleh badai harapan, tapi kemudian menyerah pecah menghantam batu karang 

Sajakku adalah senja di sebuah kota, yang bising dengan suara-suara, tapi tetap saja lampu-lampunya menyala dengan segala goda dan penuh pesona 

Sajakku adalah tarian ritmis, menghentak-hentak, menghisap penuh magis. Menajam menjadi jarum-jarum air, yang dimuntahkan awan yang rekah, tersebab doa-doa menembus langit sang Mahaberkah 

Ada lukisan busur hujan di sana, di tepi langit, tempat di mana tak ada lagi yang namanya rasa sakit 

Sajakku juga adalah serpihan-serpihan ingatan, yang satu persatu mulai gugur dengan bertambahnya usia, tapi percayalah, rindu dan cintaku tak pernah renta 

***

Cilegon, Desember 2019. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun