Â
Sajakku adalah nyanyian ombak, bersama dendang nelayan, perahu-perahu siap kembangkan layar, membelah harapan yang luas terbentangÂ
Tak jarang dingin malam menusuk tulang, sekerlip cahaya bintang beri petunjuk ke mana menyusuri mimpi-mimpi yang dirompak, terombang-ambing oleh badai harapan, tapi kemudian menyerah pecah menghantam batu karangÂ
Sajakku adalah senja di sebuah kota, yang bising dengan suara-suara, tapi tetap saja lampu-lampunya menyala dengan segala goda dan penuh pesonaÂ
Sajakku adalah tarian ritmis, menghentak-hentak, menghisap penuh magis. Menajam menjadi jarum-jarum air, yang dimuntahkan awan yang rekah, tersebab doa-doa menembus langit sang MahaberkahÂ
Ada lukisan busur hujan di sana, di tepi langit, tempat di mana tak ada lagi yang namanya rasa sakitÂ
Sajakku juga adalah serpihan-serpihan ingatan, yang satu persatu mulai gugur dengan bertambahnya usia, tapi percayalah, rindu dan cintaku tak pernah rentaÂ
***
Cilegon, Desember 2019.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H