Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Dicari Sebuah Rumah

23 September 2019   20:35 Diperbarui: 23 September 2019   20:54 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com 

Dicari sebuah rumah, yang di dalamnya tak ditemukan api, tapi kita merasakan kehangatan perbincangan, sapa gelak tawa, dan sesekali pertengkaran kecil. Bukan rumah yang penghuninya bicara sendiri, menulis sendiri, tertawa sendiri, dan mengeluarkan air mata sendiri 

Dicari sebuah rumah, tak harus ada beranda untuk bercengkerama, atau barisan tanaman untuk sekadar nyaman mata, tapi ada sambut sapa dari mata-mata yang gembira milik tetangga, dan sesekali perkelahian kecil antaranak, dan kita melerai dengan tawa diiringi kehangatan bersama sambil menghirup kopi. Bukan rumah-rumah dengan taman-taman yang indah berpagar tinggi, tapi kehilangan senyum sapa seperti orang tengah sakit gigi

Dicari sebuah rumah, yang di dalamnya kita bisa memaknai hening di saat timbul keriuhan, dan tahu bagaimana menimbulkan keceriaan saat rumah seperti kuburan 

Dicari sebuah rumah, yang di dalamnya ada aku, kamu, kita, juga mereka, bisa duduk bersama, bertukar sapa berbagi cerita, dan tak apa sesekali silang bicara hingga terjadi kusut kata, tapi kita mengurainya dengan canda tawa, dan, tentu, dengan rasa cinta 

Adakah? 

***

Cilegon, 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun