Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | 3.600 Detik Jelang Nol Nol

2 September 2019   23:49 Diperbarui: 2 September 2019   23:53 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com. 

Sudah kubaca puisimu sore tadi. Kau bercerita tentang rindu yang tak lagi basah, juga boneka-boneka pandamu, entah kenapa kini tak bisa membuatmu  tertawa 

Sebenarnya aku ingin mengirimkan cerita lucu, hingga kau tak menghitung tik-tok jarum jam sebagai sesuatu yang pilu. Tapi hujan keburu jatuh, meluruhkan segala rasa segala kata, turun ke sungai langsung ke muara 

( Aku tidak terlalu yakin, apakah ia lewat belakang rumahmu )

Kau juga harus tahu, sudah lama aku tak menghidupkan televisi, juga bercengkerama di beranda, bercerita apa saja, tentang kucing-kucing liar yang datang setiap pagi dan petang. Tapi aku tak ingin bercerita tentang bunga. Kau tahu sendiri, rumah kontrakanku kecil, tak ada lagi tanah tersisa 

Sudahlah, kotamu kotaku hanyalah nama-nama. Jarak menjadi tak berarti, karena kata-kata bisa menjadi hari ini atau nanti 

Pendapatmu, bagaimana? 

Cilegon, 2019. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun