Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Anjing-anjing Tak Lagi Menyalak

28 Agustus 2019   00:41 Diperbarui: 28 Agustus 2019   01:17 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com. 

"Bisa kau datang malam ini?" suaramu dalam hape membuat aku terpelanting dari mimpi yang baru saja kutata. Berhenti bicara politik, kalau kita hanya bersitegang suara, atau kau kulempar ke Selat Sunda, bila kata-kata tak ada isi tak mempunyai makna. Seperti biasa, kau tertawa

Dingin menembus jaketku. 

Anjing-anjing tak lagi menyalak. Karena lelah, atau terkejut dengan knalpot motorku yang meledak 

Kutembus malam, melewati wajah-wajah muram, seirama dengan lampu-lampu jalan yang temaram. Seorang pengamen duduk termenung di pinggiran trotoar memeluk gitarnya, berhitung ke mana nasib akan disandarkan

Kau sudah menanti di beranda, juga dua gelas kopi sudah tersedia. Kau bercerita, bahwa kepalamu sudah menjadi kuburan massal dari perbincangan di lini masa yang cepat mati makna, karena memang keranda tidak disediakan untuk kematian kata-kata. "Bagaimana?" tanyamu 

Menulislah. Kematian kata-kata dapat dihambat dengan kelahiran kata-kata. Kata-kata penuh cahaya, bukan kata-kata penuh angkara 

Tak ada lagi anjing-anjing yang menyalak

***

Cilegon, 2019. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun