Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Labirin tentang Rin

2 Agustus 2019   22:28 Diperbarui: 2 Agustus 2019   22:57 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com 

"Masuklah ke dalam mataku," katamu. Waktu itu kita sedang menata-nata mimpi, berhitung tentang harapan-harapan. Juga menimbang seberapa luka saat lewati duri penghalang 

Aku melompat begitu saja, menyusuri sungai dalam matamu. Cahaya yang temaram. Aku melihatmu berdiri putus asa di ujung lorong yang panjang, "Aku tak bisa keluar," kecemasanmu bergaung seperti lolongan 

Tidak, sanggahku. Selalu ada secercah terang dalam ruang yang kelam. Selalu ada jalan keluar untuk menghindar 

Seberapa kuat engkau berlari untuk sembunyi. Matahari tak selamanya menikam kepala. Ada masa-masa ia menghangatkan hati, mengeringkan luka

Rin, itu namamu. Pegang tanganku 

Kamu tak cemas banyak luka di  sepanjang perjalananku, kamu masih ragu 

Aku hanya melihatmu hari ini 

Cilegon, 2019 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun