Panggil aku perempuanÂ
Berabad-abadÂ
Apakah ini sudah garis takdir, aku lebih sering merasakan batu daripada mencium wangi bunga, atau menjadi santapan dikelilingi pekikan-pekikan liar, pemuas air liur lelakiÂ
Dunia ini adalah lelakiÂ
Dulu, kini, atau mungkin nanti
Di awal dunia aku sudah menjadi tersangka, karena membuat lelaki terpelanting dari surga. Selanjutnya bisa disimak dan dibaca, aku hanya sebagai pelengkap penderita. Dari sebagai kurban untuk para dewa atau entah siapa, menari di antara kuda-kuda perang, setelah para lelaki menancapkan bendera dan membakar peta-petaÂ
Aku, PerempuanÂ
Kini, kuda-kuda perang berganti gemuruh roda industri. Dan industri juga adalah lelaki. Menawarkan gincu, bedak dan pewangi. Juga janji-janji memberi mahkota dan lampu-lampu, dengan prasyarat: berapa berat-tinggi badanmu, berapa lingkar dada, seberapa elok lekukan pinggangmuÂ
Aku. Panggil aku perempuanÂ
Aku ahli komputer. Bisa Bahasa Inggris, sedikit Mandarin. Aku membawa ijazahku ke sebuah kantor. Tapi kantor adalah lelaki. Dan kantor tidak butuh ahli komputer, tidak butuh Bahasa Inggris, tidak butuh Bahasa Mandarin. Kantor memerlukan pewangi ruangan dan sesuatu yang sedap dipandangÂ