Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Membaca Sungai

11 Juli 2019   05:30 Diperbarui: 11 Juli 2019   05:43 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: manajemenproyekindonesia.com

Mungkin ini bukan cerita tentang dirimu. Tak apa kalau kau tidak ingin menyimak. Ini juga bukan tentang diriku, tapi aku ingin menceritakannya

Adalah sebuah sungai, beringsut lamban. Tubuh menghitam ditimbuni sarat beban. Segala macam tumpah: dari seonggok ngilu hingga timbunan sumpah serapah. Seseorang membuang sesuatu dari atas jembatan. "Itu mimpi-mimpiku yang retak dan berhamburan pecah."

Ini sungai. Mengiris di dua per tiga kota. Tubuh tambun bergerak sesak, terseok dipaksa menggendong limbah. Menciptakan busa-busa menguar aroma busuk. Belum jelas benar apa ada busa dari kata-kata 

Tak apa-apa kalau kau tak menyimak, karena ini memang bukan cerita tentang dirimu

Hanya sebuah sungai. Tapi mendadak ia bisa menjadi alat tukar. Menjanjikan air mata menjadi mimpi                                   mimpi menjadi cerita                                   cerita menjadi luka-luka                             luka-luka menjadi air mata                 

Coba gubernurnya pilihanku dulu. Dia adalah gubernur kecap nomer satu. "Televisi! Di mana kamera televisi. Kita ganggu terus dia dengan laporan ke polisi!" 

Heh, bukankah sungai ini melintas dekat istana? 

Aku akan menceritakannya walau ini bukan cerita tentang diriku 

Memang hanya sebuah sungai. Tapi bila saatnya tetiba hujan tumpah, berlari cepat menyapa ruang-ruang. Membuat runtuh mimpi-mimpi. Dari kejauhan sayup terdengar: kata-kata 

Semua televisi menyala

Aku rasa ini cerita tentang kita 

Cilegon, 2019 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun