Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ini tentang Sebuah Suara yang Menyuruh Sesuara Lain Melihat Cermin

25 Juni 2019   06:05 Diperbarui: 25 Juni 2019   08:00 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Teringatlah tentang pantun lama, dari guru esde muda yang matanya hidup saat bercerita ( aku terpelanting jauh ke belakang, pada suatu masa ) 

Berburu ke padang datar 

Dapat rusa belang kaki

Suara guru muda itu bersipongang, melompati ruang dan waktu. Katanya, berjalanlah sampai ke batas, untuk menjaga mata tak mudah menimbang debu di ujung laut lepas 

Jangan pula engkau mengira dapat menyimpan gunung tinggi di kepalamu, padahal di negeri lain ada gunung yang lebih tinggi jauh melampaui anganmu 

Baca juga pepadian yang merunduk malu, tak sanggup dagunya tegak karena kepalanya penuh bulir sesak 

Dan bagaimana bisa kau meminjamkan cermin kepada orang lain, karena cermin setiap saat seharusnya untuk melihat dirimu sendiri 

Maka berjalanlah sampai ke batas, karena 

Berguru kepalang ajar

Bagai bunga kembang tak jadi 

Suara itu berputar-putar dalam kepala 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun