Gerimis menyisakan basah
Jendela bus buram
Hati muram
Lampu-lampu, papan-papan iklan menawarkan mimpi, ke belakang berlari
Pengamen, pedagang kaki lima, juga wanita penjaja kerlingan mata. Setiap hari lelah menghitung harapan, tapi yang didapat hanya serpihan-serpihan
Ini memang Jakarta  di waktu malam. Kota dengan ruang-ruang yang selalu ngakak. Berjoget. Lupa dada sesak
Di dalam bus ruang menjadi mati. Tubuh-tubuh kuyu mengeja nasib hari ini. Biarkan lelaki tua itu. Dalam dengkurnya  mungkin ia sedang membuat puisi tentang remuknya hati
Sesuara: "Perhentian berikutnya...! "
Pintu bus terbuka. Orang-orang bergegas keluar
Untuk ditelan kesepian
Cilegon, 2019
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!