Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kepada Seorang Perempuan Penyair yang Lupa Cara Mengeluarkan Air Mata

12 April 2019   06:37 Diperbarui: 12 April 2019   06:40 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Telah kubunuh suamiku dengan puisi."

Suara itu menyelusup, menghantui kepalaku. Lorong-lorong yang suram. Cahaya. Kemudian hitam

Aku seperti mengalami dejavu

Perempuan itu seperti hadir dalam puisi-puisiku, dan aku seperti melihat warna darah dalam air matanya. Itu karena berkali-kali batu, aku membaca larik puisinya

Kutemui perempuan itu di persimpangan, aku menyebutnya Persimpangan Senja

Dia berdiri diam. Aku ragu membaca siluet tubuhnya, apa dia sedang menangis di semburat senja, atau tengah menari menjemput malam. Tapi matanya kosong. Sekelebat kutangkap senyumnya. Amat getir

"Buatlah puisi, dan aku akan menari. Hanya dengan cara itu aku tak merusak surga di kepala anakku."

Kemudian perempuan itu menari, seraya menghindari batu-batu yang menerpa tubuhnya. Aku membuat puisi, tapi aku tak sanggup menyelesaikannya. Aku digenangi air mata

Tiba-tiba ia mengecup bibirku. "Terima kasih telah menghiburku dengan membuat puisi. Dengan puisi juga aku membunuh suamiku, berkali-kali. Hanya dengan cara itu aku dapat mengingat kembali cara mengeluarkan air mata..."

Aku meraba bibirku yang basah

Dejavu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun