Hari-hari ini, rakyat sedang banyak dipuji. Dan salah satu pujian yang agak sering terdengar adalah “Rakyat sekarang sudah cerdas”. Saya sebagai bagian dari rakyat pun boleh dong ge er sedikit. Setidaknya sebulan ini dua kali saya mendengar dan membaca pujian itu. Pertama dari seorang wanita berpenampilan “sedap nikmat” bernama Angel Elga di acara Mata Najwa. Ketika kurang lebih ia ditanyai tentang bagaimana dengan masa lalunya yang sering berpose dan beradegan panas di film-filmnya, dengan mantap ia menjawab “Saya yakin masyarakat sekarang sudah cerdas, mereka tidak akan melihat masa lalu tapi apa program yang ditawarkan ke depan,” begitu saya begitu mengingat jawabannya. Kedua, sekitar seminggu lalu, di Kompas saya membaca tentang analisis pengamat terhadap PKS yang pasti akan kerepotan dengan isu poligami para pimpinannya dalam Pemilu sekarang, apalagi kalau mereka sampai nekat mau mengajukan Capres yang tidak cukup beristri satu. Dengan percaya diri, seorang pimpinan PKS di artikel berita itu menjawab “Masyarakat sekarang sudah cerdas, mereka akan lebih melihat program-program politik daripada menanggapi isu yang berada di wilayah pribadi seperti itu,” begitu saya mengingat jawabannya.
***
Cerdas itu relatif. Seperti halnya bodoh. Siapapun dia meskipun tidak cerdas minimal pasti sewot ketika ia dibilang tidak cerdas, apalagi bodoh. Jadi, memang, semua orang berhak dibilang cerdas, paling tidak untuk menghibur dirinya. Karena itu, congkak sekali seandainya saya mengatakan bahwa komentar Angel Elga atau pejabat PKS tadi tidak cerdas. Ya, mereka cerdas dalam kapasitasnya sebagai politisi yang berusaha memberi jawaban yang terlihat cerdas. Tetapi karena saya juga rakyat, dan tidak begitu peduli kalau dibilang tidak cerdas, dengan kecerdasan yang minim saya mencoba mencerna pujian tadi. Lalu terbesitlah kesimpulan berupa pertanyaan-pertanyaan: “Jadi, kalau kita tidak melihat asal usul, masa lalu, latar belakang, politisi yang ingin dipilih itu berarti kita cerdas ya?” dan … “Oo … berarti kita memang harus membatasi pikiran, keingintahuan, keinginkenalan terhadap calon, jangan sampai masuk ke wilayah pribadinya ya? Karena itulah yang cerdas”.
***
Kira-kira, kalau ini ditanyakan ke yang memberi komentar tadi, jawaban cerdas apa lagi ya yang akan kita terima? Ada yang mau bantu? [] [caption id="attachment_320270" align="aligncenter" width="300" caption="image pinjam dari http://cheezburger.com/3274201856"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H