Hujan deras di Pasarbatang Brebes sejak siang tadi sampai sore ini belum reda, walau tadi sudah agak gerimis namun hujan mulai lagi. Duduk diruang tamu sambil buka-buka akun kompasiana terdengar suara ting....ting....ting.... Saya perhatikan sampai depan rumah ternyata ada gerobak warna hijau. Dan ternyata penjual kupat sate bebek.
Biasanya yang terkenal kupat sate blengong, tapi saya tidak begitu yakin kalau sate yang dijualnya itu sate blengong, karena dari tekturnya tidak begitu empuk. Kalau sate blengong kan empuk dagingnya. Tapi ya bagi saya yang penting ada sate nya.
Akhirnya saya panggil si abang sambil agak teriak karena suara hujan deras. Bang....bang.....kupat....kupat....., si abang menoleh dan mengangguk tanda mengerti. Saya masuk kedalam untuk mengambil piring dan tentunya uang untuk membayarnya. Si abang menepikan gerobaknya pas depan pagar rumah.. Saya menyerahkan piringnya sambil ngobrol-ngobrol ringan.
Dengan cekatan si abang meracik kupatnya dan bertanya kepada saya, mau dikasih sate mas? Iya, jawabku. Setelah sudah dikasih sate, saya bertanya, berapa bang? Biasa 10 ribu aja, jawab si abangnya. Setelah menyerahkan selembar uang 10 ribuan saya masuk rumah untuk menikmati kupat sate bebek.
Rasa, saya sangat suka, pas sekali di lidah saya.
Pak Pur, iya, nama panggilan si abang itu. Kalau saya sukanya manggilnya abang. Beliau ini setiap sore hampir dipastikan berkeliling di komplek perumahan saya.
Bagi warga Brebes sekitar alun-alun Brebes bisa mencoba untuk menikmati kupat sate bebeknya di belakang kantor pos depan alun-alun brebes.
Biasanya beliau mangkal di situ setelah berkeliling.Â
Hujan masih gerimis di akhir tulisan ini.
Salam KBC - 17
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H