hanyalah seorang supir taksi,
 sebuah pengakuan sunyi
 veteran yang depresi
   aku takut memejamkan mata
   kronis mengidap insomnia
   tubuh karib terkoyak
siang malam menyusur medan-
 perang tanpa senjata
 korban harga diri
   pernah mengantar gadis muda
   masih bocah, sebenarnya
   menjajakan selangkangan
dan seorang wanita matang, cerdas
 relawan politikus busukÂ
 melenggang ke istana
   memintaku menjemputnya pulang
   pelipis membiru legam
   bibir merah, pecah
yang setelah menggenggam kuasa
 lupa janji manis: iblis-
 bertopeng manusia
   malam murka hujan badai
   bocah malang patah
   tulang tiga bagian
susah tidur aku, meski ingin
 memimpi wanita idealis
 yang buta cinta
   hanya supir taksi, percayalah
   yang meradang dengan-
   tendangan dan kepalan
masih tersisa granat tangan
 tanda mata rimba
 suku pejuang merdeka