“Bel masuk berbunyi. Menunggu jam pulang.”
—Retno Wardani
Berapa banyak orang pintar yang menganggap institusi bernama sekolah seperti yang kita kenal sesungguhnya adalah hal yang tidak perlu? Ivan Illich menulis buku Deschooling Society (dipublikasikan pada tahun 1971), kritik terhadap sistem pendidikan yang ada. Alvin Toffler terang-terangan mengatakan sekolah adalah pabrik manusia era industri yang sudah ketinggalan jaman dalam bukunya The Third Wave, (1980). John Holt yang menulis sejumlah buku tentang kegagalan sistem pendidikan bertindak lebih jauh lagi dengan mempelopori gerakan homeschooling dan unschooling yang gaungnya mendunia. Belum lagi sejumlah pendidik dan penulis lain seperti John Taylor Gatto, Richard Farson, Paul Goodman, George Dennison atau Neil Postman yang menyuarakan kritik serupa.
Ketika sekolah konvensional hanyalah standardisasi kurikulum, jumlah kehadiran dan nilai akhir hasil ujian harus dipenuhi oleh siswa dan guru, di situlah kegagalan sistem pendidikan dimulai. Jika dalam satu kelas terdapat tiga puluh siswa, maka ada tiga puluh pola pikir, daya tangkap,dan kebutuhan yang dibentuk oleh latar belakang dan lingkungan yang berbeda. Seorang guru yang berdiri di depan kelas dituntut agar para murid memenuhi nilai minimum sesuai standar yang ditentukan melalui ujian berbentuk sejumlah soal yang tidak mewakili minat dan pengetahuan siswa secara keseluruhan.
Sekolah Maya (Virtual School)
Sejarah sekolah maya dapat dilacak sampai dengan pendidikan korespondensi atau kelas jarak jauh melalui radio dan televisi. Amerika Utara (USA dan Kanada), Australia dan Selandia Baru adalah wilayah-wilayah di mana sekolah maya berkembang subur. Di Indonesia sendiri, contohnya adalah Universitas Terbuka (UT) yang berdiri sejak tahun 1984, merupakan Pendidikan Tinggi Negeri jarak jauh tanpa atau sedikit jam tatap muka pengajar dan mahasiswa. Terbukti UT bermanfaat bagi mahasiswa, birokrat, praktisi atau professional yang sibuk, dengan meluluskan alumni-alumni yang tak kalah kiprahnya dengan perguruan tinggi konvensional.
Hadirnya internet memberi kesempatan seluas-luasnya bagi sistem edukasi virtual, mengurangi jarak, waktu dan sumber daya yang selama ini merupakan kendala dalam sistem edukasi konvensional.
Model pendaftaran dan pembelajaran sekolah virtual dan pendaftaran model berbeda-beda. Model pembelajaran mandiri tak terikat waktu (asinkron) da nada yang berdasarkan semester virtual (sinkron) dengan difasilitasi oleh instruktur/pengajar. Ukuran kelas berkisar luas dari 25 siswa sampai 200 siswa per kelas. Siswa tetap berhubungan dengan guru dan berkolaborasi dengan siswa lain melalui internet dan situs web. Siswa juga dapat berkomunikasi melalui telepon, email, dan praktik komunikasi teknologi lainnya dengan instruktur/pengajar.
Salah satu sistem edukasi ialah Massive Open Online Course (MOOC), kursus online yang ditujukan untuk partisipasi tak terbatas dan akses terbuka melalui web. Materi-materi yang ditawarkan beragam mulai dari video perkuliahan, teks dan kumpulan soal, banyak MOOC menyediakan forum interaktif untuk mendukung interaksi antara mahasiswa, dosen asisten pengajar. MOOC merupakan pengembangan terbaru hasil penenelitian tentang edukasi jarak jauh yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 2008 dan muncul sebagai model populer pembelajaran pada 2012.
Hadirnya IndonesiaX untuk Berperan dalam Pembentukan Karakter Bangsa
Di Indonesia, telah hadir IndonesiaX yang berfokus pada pengembangan edukasi dan pelatihan online berkualitas tinggi dengan tujuan untuk memperluas akses masyarakat kepada pendidikan dan keterampilan hidup yang berkualitas melalui sebuah platform edukasi online terbuka secara besar-besaran atau massive open online course (MOOC) dengan perangkat sistem manajemen belajar atau learning management system (LMS) tercanggih. Untuk mengaktualisasikan visi Pemerintah Indonesia dalam meningkatkan akses masyarakat kepada pelatihan bersertifikat dan pendidikan terbaik. LMS didesain khusus untuk masyarakat Indonesia dan disajikan dalam bahasa Indonesia.
IndonesiaX adalah nama produk dari PT Education Technology Indonesia (ETI) dengan moto ‘Enriching Lives Through Education’. Bekerjasama dengan institusi-institusi ternama di Indonesia, seperti universitas dan perusahaan terbaik agar dapat menghadirkan MOOC yang menarik di situs IndonesiaX.
Sejumlah nama besar mewakili institusi seperti Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA (Guru Besar Fakultas Teknik ITS), Prof. Rhenald Kasali, Ph.D (Guru Besar Fakultas Ekonomi UI), Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met (Rektor Universitas Indonesia), Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA (Rektor Institut Teknologi Bandung), Ito Warsito (Direktur Utama Bursa Efek Indonesia 2009-2015), Wishnutama Kusubandio (CEO PT Net Mediatama Televisi), Budianto Andreas Nawawi (Direktur Paramount Enterprise) mendukung IndonesiaX di Dewan Penasihat (Advisory Council), yang bertugas memberikan masukan kepada Dewan Manajemen untuk kursus-kursus yang tepat bagi Siswa IndonesiaX dan langkah akademis IndonesiaX di masa mendatang.
Sampai saat ini, telah tersedia 9 (sembilan) kursus yang telah, sedang dan akan berjalan, yaitu:
- Introduction to Broadcasting for Television (NET101)
- Self Driving: Are You a Driver or a Passenger? (RP102)
- Economic Integration: The Case of ASEAN (UI201)
- Information Security: Protecting Your Information in the Digital Age (ITB101)
- Introduction to Engineering & Design (ITB102)
- Public Speaking (UT101)
- Change Management (RP101)
- Cyber Law: Rights and Obligations (UI101)
- Introduction to Stock Exchange (BEI101)