Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pagar

8 Desember 2024   18:33 Diperbarui: 8 Desember 2024   19:01 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok pri. Ikhwanul Halim

Pemandangan di sini membuatku tertekan saat pertama kali melihat ke luar jendela depanku yang besar. Pagar-pagar itu semuanya berwarna abu-abu atau cokelat, megah dan tampak tidak bersahabat. Rumah-rumah di belakangnya tidak berwajah. Penghuninya tidak terlihat.

Aku bisa merasakan hawa panas merembes melalui jendela bahkan ketika AC menyala. Di luar, efek hawa panas terlihat di mana-mana. Halaman rumput cokelat yang usang, bunga-bunga yang terbakar, pepohonan, dan semak-semak. Lapisan debu membayangi matahari dan semakin pekat seiring berjalannya hari. Segala sesuatu di lingkungan baru ini tampak terlalu panas dan terabaikan.

Tanpa mengurangi hawa panas saat matahari menyentuh cakrawala, seorang tetangga berjalan dengan susah payah keluar dari rumahnya dan mulai membersihkan bunga hortensia yang mati dan sekarat di sepanjang pagarnya. Ketika dia mencabut tanaman dan menumpuknya, dia mencuci pagar.

Aku memperhatikan dan bertanya-tanya. Pagar akan berdebu lagi pada tengah hari. Pekerjaan itu tampak sia-sia di tengah cuaca panas ini.

Dia terus menyiangi dan mencuci saat matahari terbenam, dan kemudian aku melihatnya masih bekerja. Panasnya tidak hilang sepanjang malam, dan terasa menyengat lagi saat matahari terbit.

Karena bosan dengan pemandangan yang monoton dan suram, aku membuka tirai. Tetanggaku masih di sana, dan mendongak ke atas melihat ke arahku.

Aku membalas lambaiannya ketika melihat setiap pagar dicat dengan warna berbeda.

Dia tersenyum. Dan aku pun membalas senyumnya.

Cikarang, 8 Desember 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun