Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Manusia Kertas dan Tinta

26 November 2024   10:10 Diperbarui: 26 November 2024   11:08 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ceritakan sesuatu yang tidak kuketahui.”

“Ditambah 100 orang idiot-savant. Lebih baik anak-anak.”

“Apa maksudmu?”

Kupikir menculik anak-anak mungkin akan menimbulkan satu atau dua masalah, tetapi ternyata orang tuanya senang anak-anak culun mereka akan memiliki kesempatan untuk selamat dari Kiamat. Kurasa aku seperti pahlawan dalam semua ini. Siapa sangka?

Akhirnya, dengan semua yang telah dipersiapkan, aku meminta Dokter Gundultuyul untuk mencoba dan menjelaskan semuanya kepadaku lagi.

“Saat ini,” katanya, “pikiranmu ada sebagai perangkat lunak di komputer. Tapi apa itu perangkat lunak? Itu hanya serangkaian instruksi dalam kode biner, satu dan nol, operasi yang dapat dengan mudah ditransfer ke tinta dan kertas.”

Tidak, aku tidak mengerti sepatah kata pun. Tapi siapa yang perlu mengerti banyak hal jika rekening bankmu lebih besar dari anggaran nasional? Itu mengingatkanku bahwa aku akan sedikit menyesal saat bom jatuh dan bank-bank menghilang bersama dengan seluruh peradaban, tetapi aku akan baik-baik saja di dalam duniaku sendiri. Dunia tempat aku memiliki semua bank.

Sementara itu, anak-anak jenius senang menghitung angka-angka sepanjang malam dan sepanjang hari, yang merupakan hal yang hebat karena meskipun mereka tidak mengetahuinya, mereka menuliskan persamaan-persamaan yang membuatku dan duniaku tetap hidup. Tentu, mereka bekerja jauh lebih lambat daripada komputer, tetapi aku tidak menyadari perbedaannya karena aku berada di dalam matematika. Dan ketika para jenius akhirnya mulai mati, tubuhku memiliki rencana lain yang siap dijalankan.

"Cukup sederhana," kata Doktor Gundultuyul. "Yang kita lakukan hanyalah mengutak-atik persamaan untuk membentuk hubungan antara dunia tinta dan kertasmu, dan beberapa dunia paralel lain dalam dimensi alternatif. Kalau kita melakukannya dengan benar, dimensi waktumu akan membentang hingga tak terbatas."

Terus terang, aku tidak peduli bagaimana cara kerjanya selama itu berfungsi. Dan sejauh ini aku tidak punya keluhan. Dimensi baru ini tampaknya kurang lebih sama dengan yang lama.

Tapi itu sudah cukup tentangku; siapa kamu sebenarnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun