Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Makna Hidup (Seorang Atheis)

9 November 2024   22:22 Diperbarui: 9 November 2024   22:24 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya berjalan melintasi hutan lebat setiap hari Minggu setelah kami pulang dari gereja. Itulah yang saya pikirkan sepanjang pagi. Ketika orang-orang berdoa di bangku gereja, saya berpikir untuk berjalan-jalan di hutan yang gelap.

Ibu saya berkata itu membuang-buang waktu. Saya bisa saja membaca sesuatu. Belajar.

Saya pikir berdoa adalah membuang-buang waktu. Saya tidak memberi tahu ibu saya tentang itu. Pada usia enam belas tahun, saya memahami bahwa kita semua adalah arsitek makna hidup kita sendiri. Ibu telah menemukan makna dalam doa. Saya menemukannya di hutan.

Hutan selalu sunyi. Saya mendengarkan dengan saksama kepakan sayap. Kaki-kaki kecil berlarian di atas jarum cemara. Angin mengangkat dahan-dahan pohon.

Saya menggaruk kulit pohon dengan tangan saya ketika saya mencium bau busuk. Saya pikir itu mungkin bangkai hewan. Saya mengikuti baunya.

Ternyata itu adalah bau seorang pria. Mati.

Anggota badannya terkapar. Awal pembusukan. Dia mulai bengkak.

Saya tidak melihat ada luka padanya. Dia mengenakan kemeja katun, jaket, dan celana jins. Sepatunya hilang. Jari kakinya ungu.

Saya menatap wajahnya. Matanya terbuka. Berkaca-kaca. Saya tidak takut. Saya kecewa. Wajahnya menegaskan apa yang  saya duga.

Hidup adalah kehampaan. Jiwa adalah fiksi. Jika sudah berakhir, maka berakhirlah sudah. Tugas yang ada di hadapan saya sulit. Menciptakan makna hidup saya sendiri dari tragedi kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun