Kami tinggal jauh di utara, dalam kabut putih. Kami memiliki rumah-rumah besar yang terbuat dari balok es. Kami berpesta dengan lauk paus. Kami memakan hampir semua bagian paus. Apa yang tidak bisa kami makan, kami gunakan sebagai bahan bakar. Urat ikan paus kami gunakan sebagai benang untuk pakaian kami. Pakaian kami terbuat dari bulu beruang kutub. Untuk camilan, kami makan anjing laut.
Jumlah kami tidak banyak. Hanya dua puluh. Salah satu tetua mengatakan kami hampir punah. Dia bercerita tentang masa ketika kami berjumlah ribuan dan kami tinggal lebih jauh ke selatan.
Selatan.Â
Setiap raksasa membicarakan tentang selatan dengan kagum dan iri. Ada lebih banyak hewan di sana. Ibuku akan mendecakkan bibirnya karena lapar dan berbicara tentang rusa kutub dan rusa besar. Suhu tidak sebrutal di selatan. Ada sesuatu yang disebut rumput. Bermil-mil dan bermil-mil.
"Mengapa kita tidak bisa pergi ke selatan?" tanyaku kepada ibuku.
"Manusia tidak menginginkan kitadi sana. Kita menandatangani Perjanjian dengan mereka. Kita harus tetap berada es di kutub."
Ibu mengangkat bahu dan mengepang rambut panjangku.
***
Sebelum saat titik balik matahari, aku melakukan perjalanan ke selatan hingga mencapai rerumputan. Aku melihat manusia kecil yang dibungkus bulu berlarian. Mereka lucu. Aku mengangkat dua dari mereka. Aku mulai merasakan sakitnya bilah-bilah kecil yang menusukku. Ada begitu banyak manusia yang mengerumuniku.
Sebuah jaring besar dilemparkan ke atasku. Aku jatuh ke tanah dengan bunyi keras.