Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sembilan Belas

9 November 2024   15:15 Diperbarui: 9 November 2024   15:26 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Kami tinggal jauh di utara, dalam kabut putih. Kami memiliki rumah-rumah besar yang terbuat dari balok es. Kami berpesta dengan lauk paus. Kami memakan hampir semua bagian paus. Apa yang tidak bisa kami makan, kami gunakan sebagai bahan bakar. Urat ikan paus kami gunakan sebagai benang untuk pakaian kami. Pakaian kami terbuat dari bulu beruang kutub. Untuk camilan, kami makan anjing laut.

Jumlah kami tidak banyak. Hanya dua puluh. Salah satu tetua mengatakan kami hampir punah. Dia bercerita tentang masa ketika kami berjumlah ribuan dan kami tinggal lebih jauh ke selatan.

Selatan. 

Setiap raksasa membicarakan tentang selatan dengan kagum dan iri. Ada lebih banyak hewan di sana. Ibuku akan mendecakkan bibirnya karena lapar dan berbicara tentang rusa kutub dan rusa besar. Suhu tidak sebrutal di selatan. Ada sesuatu yang disebut rumput. Bermil-mil dan bermil-mil.

"Mengapa kita tidak bisa pergi ke selatan?" tanyaku kepada ibuku.

"Manusia tidak menginginkan kitadi sana. Kita menandatangani Perjanjian dengan mereka. Kita harus tetap berada es di kutub."

Ibu mengangkat bahu dan mengepang rambut panjangku.

***

Sebelum saat titik balik matahari, aku melakukan perjalanan ke selatan hingga mencapai rerumputan. Aku melihat manusia kecil yang dibungkus bulu berlarian. Mereka lucu. Aku mengangkat dua dari mereka. Aku mulai merasakan sakitnya bilah-bilah kecil yang menusukku. Ada begitu banyak manusia yang mengerumuniku.

Sebuah jaring besar dilemparkan ke atasku. Aku jatuh ke tanah dengan bunyi keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun