Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menghantam Tembok

21 September 2024   19:24 Diperbarui: 21 September 2024   19:25 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Tahun lalu, ketika aku sedang bertugas membersihkan rak-rak, salah satu tugasku di rumah sakit, ketika dua orang polisi mengawal seorang pria menyusuri lorong dari kamar mayat. Pria itu mungkin berusia awal tiga puluhan, seorang petugas di setiap sisi memegangi lengannya. Dia menunduk ke lantai saat mereka berjalan.

Tiba-tiba pria itu melepaskan diri, berjalan mendekat, dan menghantamkan tangannya ke dinding dengan sangat keras.

Dia berteriak, "Anak bodoh itu! Aku sudah melarangnya berenang di situ."

Seorang polisi tampak marah dengan cara pria itu menjauh dengan sangat kasar dan polisi lainnya mulai tertawa, seolah-olah dia malu dengan ekspresi emosional yang tiba-tiba itu.

Aneh. Yang satu marah, yang lain tertawa.

Kalau aku melihatnya di film, aku akan berkata, "Aktingnya buruk."

Tetapi ini bukan film. Ini kehidupan nyata.

Cikarang, 21 September 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun