Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjalanan di China Town

21 September 2024   13:13 Diperbarui: 21 September 2024   13:14 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Kami sedang menunggu antrean panjang lampu lalu lintas di jalan raya tiga jalur yang padat ketika wanita itu mendekati mobil.

Dia menggendong seorang anak laki-laki kecil di punggungnya dengan kain mori lusuh. Dia mendekati jendela mobil, menatapku tanpa bersuara dan mengangkat sebuah CD musik untuk kulihat.

Taylor Swift, pikir.

Ling mengatakan sesuatu dengan melengking kepada pengemudi keluarganya yang telah mengetuk-ngetukkan jarinya pada roda kemudi mobil Buick tujuh penumpang.

Tiba-tiba terdengar bunyi ‘klik’ dan kemudian jendelaku terangkat sepenuhnya.

"Aku menyuruhnya untuk menguncinya," Mei Ling, yang merupakan mantan siswa pertukaran pelajar kami, menjelaskan.

Wanita itu menatapku lagi, lelah dan pasrah. Kemudian dia menjauh, menyeberang di depan kami. Anak laki-laki kecil itu sekarang memegang erat-erat CD di tangannya.

Anaknya mulai menangis, air mata mengalir di wajahnya. Teriakannya mengalahkan suara-suara lain di jalan. Bocah itu mengulurkan lengan kecilnya ke arah mobil. Dia melempar CD itu ke udara dan sesaat CD itu mendarat di kap mobil berwarna abu-abu mengkilap sebelum menghilang dari pandangan. Mobil-mobil di depan kami tiba-tiba mulai bergerak, memberi ruang gerak.

Pengemudi menambah kecepatan dan mobil Buick, yang AC-nya menyala penuh, melaju kencang.

Aku menoleh ke belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun