Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saku Belakangku

21 September 2024   10:09 Diperbarui: 21 September 2024   10:17 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dia bilang dia mencintaiku, tapi semuanya sudah berakhir," kataku pada ibuku. "Enam tahun, sia-sia. Apa yang akan kulakukan?"

"Masukkan saja ke sakumu dan lanjutkan hidup."

Itulah yang selalu dilakukan ibuku. Di hari yang buruk, dia akan mencercaku. Dia akan menghiburku dengan suaranya yang serak yang berasal dari seumur hidup yang menghisap sebungkus rokok kretek tanpa filter sehari. Dia akan berbicara tentang kekhawatiran yang nyata, tentang membayar sewa rumah dan memberiku makan.

Aku terlahir untuk khawatir. Aku tidak bisa melawannya, sama seperti matahari butuh terbit setiap pagi.

Di hari-harinya yang lebih baik, ibuku akan mendengarkan kekhawatiranku. Mengembuskan napas nikotin dan permen jahe pedas, jari-jari yang terawat baik menutupi kekhawatiran itu. Sebuah kotak imajiner diletakkan di atas meja dapur di samping asbak penuh dan ampas kopi yang begitu pahit hingga membakar.

"Ayo, berikan saja," katanya sekarang, sambil menyelipkan sebatang rokok di antara bibir merah kehitamannya yang membeku.

Dengan tangan gemetar, aku menyerahkan kekhawatiran itu padanya. Tangannya yang keriput bergerak seperti sedang membungkus sesuatu. Dia mengembalikannya padaku.

"Teruskan. Simpan di sakumu. Jauh dari pandangan, jauh dari pikiran."

Jadi, yang ini kusimpan dalam-dalam di saku belakang celana 501-ku. Aku mendorongnya ke bawah, memaksakannya melewati rasa tidak aman, penyesalan, dan kesempatan yang hilang sambil menyadari bahwa kalau aku tidak berhati-hati, celana itu akan robek.

Cikarang, 21 September 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun