Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Memberi dan Menerima

18 September 2024   16:57 Diperbarui: 18 September 2024   17:05 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Dia sudah ada di sana, bayangan hitam tempat laut beristirahat diam.

Bintang-bintang masih menusuk beludru langit yang gelap, dan tanah berderak di bawah kakiku saat aku berjalan menuruni bukit.

Dia mengangguk padaku, matanya menatap air saat tali pancingku mendarat dengan cipratan lembut. Aku duduk di batu karangnya dan menyandarkan tongkat pancing ke lututku.

"Apakah dia baik-baik saja?" tanyanya.

Aku mengangguk.

Berlutut di samping pembaringannya dalam gelap, aku mendengarkan napasnya yang halus saat tertidur, melihat garis tangan terselip di bawah pipinya.

Tali pancingnya meronta-ronta. Dia berdiri, menarik dan menggulung. Berkilau keperakan dalam cahaya pagi, ikan itu meliuk dan melawan dari dalam air.

"Cantik," bisikku.

Dia melawan dengan cara yang sama. Rambutnya yang panjang meliuk-liuk di antara jari-jariku saat aku mencabutnya dari nyeri yang sunyi.

Ikan itu jatuh terengah-engah ke batu karang di sampingku dan dia menenangkannya dengan pukulan cepat. "Untuk makan malamnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun