Dia sudah ada di sana, bayangan hitam tempat laut beristirahat diam.
Bintang-bintang masih menusuk beludru langit yang gelap, dan tanah berderak di bawah kakiku saat aku berjalan menuruni bukit.
Dia mengangguk padaku, matanya menatap air saat tali pancingku mendarat dengan cipratan lembut. Aku duduk di batu karangnya dan menyandarkan tongkat pancing ke lututku.
"Apakah dia baik-baik saja?" tanyanya.
Aku mengangguk.
Berlutut di samping pembaringannya dalam gelap, aku mendengarkan napasnya yang halus saat tertidur, melihat garis tangan terselip di bawah pipinya.
Tali pancingnya meronta-ronta. Dia berdiri, menarik dan menggulung. Berkilau keperakan dalam cahaya pagi, ikan itu meliuk dan melawan dari dalam air.
"Cantik," bisikku.
Dia melawan dengan cara yang sama. Rambutnya yang panjang meliuk-liuk di antara jari-jariku saat aku mencabutnya dari nyeri yang sunyi.
Ikan itu jatuh terengah-engah ke batu karang di sampingku dan dia menenangkannya dengan pukulan cepat. "Untuk makan malamnya."