Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Serpihan

9 September 2024   08:08 Diperbarui: 9 September 2024   08:10 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Dia mencabut serpihan dari jari-jarinya setelah memotong kayu bakar.

Tak peduli, dia mengumpulkan kayu bakar dari tepi sungai yang menyemburkan bara api panas sementara ia mencari kehangatan.

Sewaktu kecil, dia menemukan bahwa kalau dia menghantam cangkir teh cukup keras dengan palu, cangkir itu akan pecah nada harmoni yang membangkitkan gairah.

Setiap kali dia dipukul, dia merasakan denyut nadinya bertambah cepat menjadi irama yang tidak teratur dan mengira kepalanya akan meledak.

Setiap kencan membuatnya tak merasa utuh, lelah, dan frustrasi. Seolah-olah dia terpecah menjadi komponen-komponen kasih sayang dan kebencian, damai dan pertempuran.

Dia menonton setiap perang di televisinya, mengumpulkan potongan-potongan tajam dari rekaman, pecahan peluru untuk masa depan.

Dia akan mengumpulkan guntingan koran tentang perang, tawuran Jumat malam, dan kejahatan di lorong-lorong gelap.

Ada sesuatu yang bergetar dalam dirinya, terombang-ambing menimbulkan retakan, merobek-robek geliat  tersembunyi. Pada malam hari, dia berkeliaran di jalan buntu yang gelap, membayar sejumlah yang diminta, dan meninggalkan jalan buntu yang dipenuhi pecahan tulang dan tubuh bersimbah darah.

Karena saat dewasa, dia menemukan bahwa jika dia memukul tengkorak dengan cukup keras dengan kapak, tengkorak akan pecah dengan melodi yang membangkitkan gairah.

Tidak ada yang peduli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun