Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ringkasan Terjemahan

8 September 2024   20:36 Diperbarui: 8 September 2024   20:44 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

(5)

Dokumen tanah gersang harus mencakup gerakan tektonik. Aktivitas gunung berapi. Meteorit. Awal mula pertama: bintik yang disambar petir. Kedua: asam amino yang mengambang bebas yang dipenuhi potensi nafsu birahi, tetapi ini sekarang gurun penuh dengan bunga-bunga pir berduri dan saguaro. Anggrek meniru pasangan dengan warna oranye mesum yang tidak senonoh. Batu pasir terkadang tampak ungu bagi semak belukar dan kadal juga kita. Di arsip catatan mengeras. Setiap suku kata yang tidak memiliki urgensi, buku-buku tentang subjek tersebut menempati baris melingkar Bumi. Kita membayangkan setiap mimpi menjadi jilid tersendiri. Berisi antara yang diinginkan dan yang dilarang. Kompendium kekejaman endemik mantara proyektil yang menghantam kaca dan kerucut perkusi. Berlian kecil ketakutan...

(6)

Laporan kecelakaan berjalan bersamaan dengan siklon yang berputar-putar. Jendela arsip menyala secara acak di dua puluh tujuh lantai perpustakaan Medan Merdeka. Spiral cahaya manusia yang dikotak-kotakkan dan diberi nomor. Rumus di tempat kerja. Yang berurutan tanggapan kita di balik dinding tertutup. Pengamat yang tersesat berkeliaran tanpa menyadari untuk mengumpulkan bukti palsu koleksi foto teleskopik yang boros indeks sebagai panduan menelusuri berkas-berkas yang diurutkan dan dirujuk silang. Survei botani kisi-kisi gigi yang diarsipkan di bawah sukacita. Senyum lumpuhkan kita. Rak-rak yang runtuh lumpuhkan kita. Huruhara di dekat bilah kipas yang batuk debu. Udara malam dipenuhi penyakit tropika menular dengan...

(7)

Dan atau atau. Beberapa hubungan objek untuk keteraturan. Sisir yang memisahkan untaian menjadi baris-baris elegan. Jalinan yang dilapisi meruncing menjadi bisikan. Tulang rusuk mesin jam. Dan atau atau. Lebih dari untaian manik-manik sempoa untuk menghitungdetak persamaan menjadi konkret. Manik-manik yang dihubungkan seperti tulang belakang aatau rantai atau kaki seribu atau biji pinus. Sendok-sendok yang terletak di dalam laci sebagai model efisiensi. Dan atau atau. Foto-foto mikro arsip dan beberapa penafsiran. Dinding arsip yang menjepit matriks-matriks yang tersusun dalam kolom-kolom dan baris-baris yang runtuh. Referensi silang. Dan atau atau. Kisi-kisi struktural gedung pencakar langit menyeringai di blok-blok kota. Sarang lebah di pepohonan langka cabang-cabang yang terbelah dan tak terpecah. Gerak alir dari arteri? Vena? Kapiler? Dan atau atau. Pertimbangkan kawanan dan perilaku penghuni sarang. Konser yang riuh atau formasi jet tempur atau kawanan angsa yang secara sinergis membelah udara. Dan atau atau. Gugusan dari atom ke galaksi terujung. Dan atau atau...

(8)

Atau apa? Serangkaian pertanyaan terurai dari kita - para penyelidik - mengira jawaban sudah jelas. Bahwa jendela berwarna hanya memungkinkan refleksi kita untuk menciptakan celah antara kita dan atau atau tempat. Kita seharusnya melihat lebih dulu sebelum berpaling. Sebelum kebutaan senja yang melekat dalam pencarian kita. Atau fakta bahwa giliran kita untuk menanggapi...dan atau atau menerjemahkan. Kita tidak sendirian. Pencatat catatan mempertahankan gambaran mereka sendiri. Bagaimana. Kapan. Apa. Studi anatomi diri sendiri. Garis waktu berputar-putar di sudut-sudut sunyi. Kita harus menambahkan baris ini ke cerita mereka. Pada suatu ketika zaman dahulu kala. Kita harus mengubah tatanan yang dulunya tidak dapat diganggu gugat...

(9)

Kita harus menambahkan kelembapan yang menyelimuti tempat ini. Residu apek dari koleksi kognisi. Debu yang tidak dapat kita endapkan. Volume-volume aubade tentatif kita. Catatan fluktuasi denyut nadi dan bekas gigitan penyebab luka. Setiap pintu ditandai dengan sandi atau sekadar centang belaka. Kita ingin kembali ke jendela tempat kita mulai, tapi konflik mencegah penyintas untuk selamat di sana. Korespondensi hilang. Nafsu terakumulasi cepat dalam ritual bergaya Dan mereka hidup dalam ruang peta paling kumuh kusut yang paling sulit ditemukan. Untuk masuk kita harus menandatangani rangkap tiga kali lipat. Dan setiap versi hampir tidak menyerupai yang terakhir sebelumnya.

Cikarang, 8 September 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun