Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Konon, Pada Musim-Musim

8 September 2024   12:12 Diperbarui: 8 September 2024   12:20 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Konon mereka bertemu di musim gugur, dengan bayangan-bayangan pada sudut-sudut yang mengantuk, di area terbuka tempat ladang miring curam ke arah sungai yang tersembunyi. Dia menatap mata si pria dengan cahaya yang tak biasa, berlutut di bawah semanggi. Ikal-ikal tebal tersangkut di belakang satu telinga. Mungkin caranya yang lembut saat memotong mawar-mawar itulah yang membuat si pria ingin mengenalnya, siapa dia, apa yang dia pikirkan. Si pria mendekatinya, malu-malu, menyeringai, mengancingkan dan membuka kancing jaketnya. Jari-jari berkuku tumpul meraba-raba celah. Pandangan sekilas tanda setuju dan si pria terpikat. Dia menerima senyum si wanita sebagai hadiah balasan.

Di musim semi mereka menikah di bawah jembatan kelopak. Dia memberi si pria kuas lukis dengan pigmen koral yang kasar. Si pria memberinya pipa pembuangan dan gong kuningan yang telah kusam. Di rumah dia mengurus pencatatan dan buku besar, menjaga teko teh herbal tetap penuh. Si pria mengerjakan saluran air dan tumpukan kayu, menggali lubang untuk bibit benih di halaman belakang mereka yang luas. Musim dingin datang dengan langkah kaki yang berat. Musim panas terus berlanjut, dengan langkah panjang. Dua puluh tahun lebih tua darinya, si pria tahu suatu hari nanti dia akan meninggalkannya, seperti yang akan terjadi pada semua makhluk hidup yang bernapas.

Konon, pada hari dia meninggal, jam berjalan mundur. Burung jalak bergulat dengan kicauan sedih. Langit mendung gelap tetapi tidak menurunkan hujan. Puluhan tahun kemudian, beberapa orang mengatakan bahwa kamu dapat melihat si pria di jendela, siluet bayangan, mencarinya di engsel sayap burung pipit, di cabang-cabang pohon cemara yang bengkok. Dia selalu mengawasi, menunggu musim berulang kembali.

Cikarang, 8 September 2024

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun