Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tempat Keramat

7 September 2024   14:04 Diperbarui: 7 September 2024   14:04 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku punya teman yang rapuh seperti kaca. Bahkan kata-katanya pun berupa serpihan.

Aku mencabutnya dari kulitku dan menepuk-nepuknya pada kuncup-kuncup darah. Bekas luka bermekaran di lenganku. Aku menurunkan lengan bajuku dan tidak seorang pun tahu.

Dia mendengar tentang kematian dalam anggur merahnya. Dia memberi tahuku bahwa berita duka membuat suara terbanting yang cukup keras untuk menjatuhkan kristal dari rak lemari. Aku menyapu keluar pintu belakang saat dia tidur.

Pada hari Selasa kami bermain biliar di tempat umum. Meja-mejanya bernoda saus dan kain mengilap licin karena sering dipakai.

Kami menaruh koin kami di slot dan mengambil empat belas atau lima belas bola. Dengan gerakan alisnya, pelayan bar bergegas membuka meja.

Sering kali dia yang menang.

Pada malam-malam lain dia mengoleskan memar yang diarsir dengan hati-hati ke kelopak matanya, melapisi bibirnya dengan Purple Obsession, dan keluar tanpaku.

Terkadang dia bergoyang di ayunan terasnya di bawah sinar matahari. Cahaya yang dibiaskan prisma pecah menyala-nyala.

Aku duduk di kursi berpalang, mencondongkan tubuh ke depan, mengabarkan tentang rahasia. Dia melontarkan jawabannya. Racunnya membakar.

Aku tidak tahu mana yang paling menyakitkanku: pendarahan, penyapuan, kehilangan, rasa terbakar. Namun, hembusan angin di pintulah yang menghentikanku dari tidur.

Cikarang, 7 September 2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun