Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sang Pemantik Lampu Jalan

23 Agustus 2024   22:58 Diperbarui: 23 Agustus 2024   23:25 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pohon-pohon lembayung yang harum wangi mengapit jalan sang pemantik lampu. Nyanyian burung branjangan menghiasi senja remang-remang. Sang pemantik lampu membawa tangga tinggi dan sumbu yang menyala melalui taman yang dilapisi batu alam. Dia berpindah dari satu lampu ke lampu besi tempa lainnya, dan mamastikan semuanya menyala.

"Halo, gadis tua," kata sang pemantik lampu begitu ia bertengger di anak tangga teratas.

Dia selalu merasa lebih dekat dengannya setiap kali dia berada di dekat selimut beludru langit. Anak-anak bintang mengedipkan mata untuk menyapa. Mereka menemukan, sejak awal, bahwa mereka tidak jauh berbeda, dia dan sang pemantik lampu. Keduanya menerangi dunia agar orang-orang dapat menemukan jalan mereka dalam kegelapan.

Rembulan tersenyum, memamerkan kawah lesung pipi. "Teman lama, kau tidak pernah datang untuk minum teh lagi."

Sang pemantik lampu mengangguk sungguh-sungguh. "Kalau begitu, kita harus benar-benar memperbaikinya."

Dia sudah berpikir tentang bagaimana dia akan membawa suguhan ke taman purnama. Sesuatu yang manis, atau mungkin sesuatu yang gurih yang cocok dengan kolam teh perak. Rembulan akan melihat hadiahnya dan tertawa riang, berkata, Kamu seharusnya tidak repot-repot. Kehadiranmu di sini sudah cukup.

Dia mungkin akan menjawab, Aku tahu kamu suka sesuatu untuk dikunyah bersama tehmu.

"janji kencan kita," kata bulan.

Pemantik lampu jalan bersiul lagu lama yang riang sepanjang jadwal tugasnya.

Cikarang, 23 Agustus 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun