Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Banjir Bandang

5 Juli 2024   23:17 Diperbarui: 5 Juli 2024   23:27 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Malam itu hujan datang berbondong-bondong. 

Kamu berdiri di jendela menyaksikan tetesan air bertumpuk satu sama lain, menuangkan cahaya. Hanya sekilas saja di matamu mereka menyerupai pergerakan massa yang terlihat dari kejauhan, bagai kerumunan pelayat. 

Kamu tak dapat membayangkan lelaki yang akan mati, dua puluh kilometer jauhnya. Bagaimana dianya ragu-ragu, memegangi pagar di puncak tangga loteng rumah dan memperhatikan tanda-tanda neneknya di air di bawah yang sepertinya merayap naik. 

Melangkah. Mengepak secara berlebihan menggapai, seolah-olah memiliki tiga kaki lima tangan. Kamu tidak dapat membayangkan dia sekarang seperti yang kamu lakukan keesokan sore. 

Hingga ke lututnya, lalu ke lehernya, menelan satu teguk udara dan tenggelam saat kamu berhenti terduduk di lampu merah, mendengarkan suara penyiar dengan artikulasi kabur dan menontonnya. 

Pepohonan melambai secara formal dan terlalu anggun. Kain-kain kotor kusut di dahan-dahan tempat air naik bersentuhan.

Cikarang, 5 Juli 2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun