Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mirah Ingin Murtad

16 Januari 2024   20:31 Diperbarui: 16 Januari 2024   20:36 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Mirah, yang lahir pada tanggal 13, adalah gadis tidak beruntung, menurut Ibu yang memberitahunya setidaknya sekali dalam sehari, sepanjang ingatan gadis itu.

Dia mendengar bagaimana pada hari pernikahan Ibu, ketika melihat bayangannya sendiri, cermin jatuh dari dinding. Keping kaca mengiris pergelangannya, membuat gelembung darah hingga nyaris mengenai lapisan tulle di rok merah. Ibu mengabaikan pernyataan Mirah bahwa dia beruntung karena mengorek lepuhnya. Dia terpaku pada tujuh tahun kemarau sebelum tahun kedelapan, keberuntungan yang simetris dengan konsepsi Mirah dan kematian suaminya, ayah Mirah.

Nenek menghentikan menarik benang dengan pengait kulit penyu untuk mengangkat matanya dan memberi tahu Mirah bahwa ayahnya meninggal sebelum dia lahir, namun Ibu terus mewaspadai penagih utang dan mengatakan bahwa mereka jauh dari kata beruntung.

Nenek memarahi Ibu. dia menyanyikan lagunya tentang kematian si penagih utang. Liriknya tidak mungkin tentang ayah Mirah, karena gadis itu menyadari bahwa menikahi pria yang punya uang akan menjadi hal yang menguntungkan dan dia mewarisi kekalahan telak dari Ibunya.

Mirah keluar rumah untuk menyaksikan langit berwarna ikan makarel menyatu dengan awan. Siput muncul dari tempat berlindungnya.

Ketika seekor laba-laba menunjukkan wajahnya yang muram, Mirah memastikan terlebih dahulu bahwa laba-laba rentenir itu bukan jenis yang terlalu menghamba pada uang. Mempertimbangkan untuk murtad, dia menusuknya salah satu kukunya yang panjang dan runcing, dan menjepitnya.

Lagipula hujan akan turun.

Cikarang, 16 Januari 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun