Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kartini Menyanyi Blues

16 Januari 2024   10:46 Diperbarui: 16 Januari 2024   10:58 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hanya ada sekelompok kecil orang asing yang datang ke sini untuk minum. Kami berkumpul bersama di bar kecil setelah hari yang melelahkan, sambil memegang gelas bir di tangan yang sudah loyo. Dari laut, kota kecil ini hampir tidak terlihat, dan suatu hari nanti, pasti akan ditelan olehnya, seperti semua kota kuno di sini pernah berada pada waktunya. Entah itu atau mungkin akan hilang di bawah kotoran burung camar yang menutupi dermaga.

Kami berbicara tentang  gosip politik lokal dan mas kawin. Tidak banyak yang bisa dilakukan di kota ini, seperti yang mungkin sudah kamu ketahui.

Dalin duduk di atas kursi tinggi tanpa sandaran memegang gitar, dan Kartini duduk di sampingnya. Mereka tertawa kecil, bunyinya seperti mesin pinball dan aku membayangkan sejenak kami berada di Tokyo atau Las Vegas.

Buyung sedang membicarakan tunangannya di kampung halaman, dan Ariola sedang menggoda pria bertopi ala Peaky Blinder di dekat bar, saat Kartini mulai bernyanyi.

Suaranya lembut, tapi membuat jantungku berdebar kencang seperti baru saja lari maraton di sepanjang pantai. Ini baru ketiga kalinya aku mendengar "My Baby Just Cares for Me" Nina Simone dalam dua puluh lima tahun, dan tiba-tiba aku tidak mendengar Buyung atau Ariola lagi, dan keringat mengucur di belakang leherku seolah-olah saat itu tengah hari yang terik di padang pasir.

Dan aku kembali ke ibu kota dan menciummu untuk pertama kalinya, berjalan melewati taburan confetti tebal saat dia menyanyikan lirik itu sampai ke interlude. Namun untuk yang ketiga kalinya, lagu itu membuat telapak tanganku berkeringat dan mencengkeram sisi kursiku, mencoba untuk memegang pegangan kursiku saat Kartini menggapai nada-nada tinggi itu. Aku melihat Dalin, Buyung, dan Ariola. Tak satu pun dari mereka tahu tentangmu...

Buyung tahu ada yang tidak beres, dan dia menepuk tanganku.

Dia baik, si Buyung. Sejenak kupikir dia melihat potongan daging seputih berlian di jari keempat tangan kiriku. Tapi sekarang warnanya merah bata, dan dia berbalik, mengangguk mengikuti irama musik saat Kartini menyanyikan lagu blues di bar yang terletak di tepi pantai pasir gersang kerontang ini.

Cikarang, 16 Januari 2024


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun