Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tempat Pembuangan Akhir

3 Januari 2024   19:45 Diperbarui: 3 Januari 2024   19:48 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilsutrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Orang-orang di tempat pembuangan akhir tak sabar menunggu sampai pesta dimulai. Mereka mulai mengumpulkan sampah dan memilahnya ke dalam karung. Semua orang memahami bahwa hal itu mutlak diperlukan, bahwa perkataan mereka akan terhenti tanpa adanya Hari Pertemuan dan antusiasme para pengumpul.

Maka setiap pesta dimulai dengan pesta besar dan permainan dengan tumpukan barang yang dibuang dan rusak, serta barang eksklusif yang terdaampar di Tempat Pembuangan Akhir. Seiring berjalannya waktu, kelangkaan dengan sampah tidak ada bedanya. Para pemulung menghargai keduanya sebagai artefak sihir sejati dan menyimpannya dengan hati-hati di dalam karung mereka. Seluruh dunia mereka terdiri dari kotak-kotak ini, dan setiap pemulung bermimpi untuk menambahkan satu karung lagi ke dalamnya, sehingga memperluas batas dunia mereka.

Menambahkan karung adalah satu-satunya cara perbaikan hidup yang mereka tahu, dan hari ini, semua orang, mulai dari pemulung anak terkecil hingga pemulung tua yang paling terhormat, merasakan gelombang kegembiraan.

"Akan terjadi sebentar lagi. Tempat pembuangan sampah baru akan segera disortir!" seru mereka dengan gemetar karena tidak sabar. "Sebentar lagi karung-karung kita akan menutupi matahari dan langit, dan kita akan berkuasa di seluruh dunia."

Dan sementara pemulung-pemulung merencanakan masa depan mereka yang cerah, menikmati pengumpulan dan penyortiran, musuh bebuyutan mereka---Sang Petugas Kebersihan---berjaga-jaga. Dia mengawasi pesta itu melalui teropong, mencatat setiap perhiasan yang dikumpulkan pemulung di buku catatannya, sehingga nanti, dia bisa melacaknya dan memusnahkannya.

Karena dari sinilah seluruh dunianya dibangun. Ini adalah satu-satunya cara perbaikan hidup yang dia tahu.

Cikarang, 3 Januari 2024

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun