Ayahnya sekarat, tetapi dia tidak mau ke rumah sakit untuk menjenguknya.Â
Sebaliknya dia terus pergi bersama istrinya dari satu film ke film lainnya, ke bioskop-bioskop sembarangan dengan tempat duduk yang aneh. Dia akan keluar dari masing-masing bagian tepat setelah kredit pembuka, sambil berkata, "Ayolah sayang, aku tahu ini tidak bagus."Â
Hal ini berlangsung hampir sepanjang sore sampai istrinya akhirnya berkata, "Tunggu--bukankah sebaiknya kita pergi menemui ayahmu? Kita sudah menghabiskan hampir sejuta untuk tiket bioskop dan kita belum menonton satu film pun, hanya iklan dan cuplikan! Dan mengapa kita selalu mendapat kursi terburuk? Mengapa kita duduk dengan sudut 88 derajat dari layar? Terkadang dengan tiang yang menghalangi pandangan rata-rata penonton bioskop?"
Sang suami berkata, "Selalu begini! Yang kamu pedulikan hanyalah dirimu sendiri..."Â
Sang istri berpikir setidaknya dia sedang mengemudi ke rumah sakit sambil marah, namun dia malah pulang ke rumah dan langsung menuju dapur.Â
Dia memasak mi instan dengan telor sebagai pengganti nasi. Setelah hidangan penutup dan teh, sang suami akhirnya setuju untuk pergi ke rumah sakit, namun sesampainya di sana, pasangan tersebut tidak dapat menemukan kamar yang tepat. Teman mereka, Karina, yang bekerja sebagai perawat, berkata, "Tempat pembuangan sampah ini sangat dingin, mereka menyimpan orang-orang yang sakit parah di dalam oven!"Â
Suami dan istri itu saling berpelukan, namun Karina berkata, "Jangan khawatir, ovennya menyala sangat kecil."Â
Pria itu mencari ayahnya di ruang mesin. Di dalam, orang-orang yang sakit meringkuk, siku kerangka mereka menonjol dari gaun rumah sakit.
Tapi ini juga hanya dalam film yang diperani pasangan itu.Â
Sang suami berbisik kepada istrinya, "Aku tidak tahu Karina adalah seorang aktris. Selama ini, aku pikir dia adalah seorang perawat beneran."