"Aku berharap turun salju," kata Maharani setelah berminggu-minggu langit suram.
"Tidak mungkin," kata Hapsoro.
"Coba bayangkan. Salju putih bersih di hari musim kemarau yang cerah!"
Hapsoro mengangkat bahu dan tetap membaca majalahnya.
Malamnya, suhu turun. Angin sedingin es bertiup dan salju mulai turun sepanjang hari. Lalu keesokan harinya, dan keesokan harinya juga. Jalanan tertutup salju tebal, kendaraan takbisa lewat.
Saat listrik padam, Maharani menganggapnya romantis. Dia menyalakan lilin dan meringkuk di depan Hapsoro. Tidak banyak makanan di lemari. Mereka menemukan es krim di dalam kulkas, tapi tanpa listrik mereka tidak bisa memanaskan pizza. Hapsoro menyekop salju dari jalan, berharap bisa berjalan ke toko mini market di simpang jalan, tetapi begitu dia selesai, lebih banyak lagi salju yang menumpuk.
Maharani menggerutu.
"Kamu ingin salju," kata Hapsoro.
"Aku berharap matahari terbit," kata Maharani setelah hari-hari suram yang dipenuhi warna putih tak berujung yang menjadi kerak kotor saat jalan dibersihkan dan lalu lintas kembali normal.
Segera matahari terbit dan salju mencair. Hari-hari semakin panjang. Maharani berjalan-jalan dan Hapsoro menggali taman.