Saat aku memejamkan mata melawan insomnia, aku merasakan kecepatan kereta bertambah, bergemuruh sepanjang malam.
Perempuan itu tersenyum padaku dari kursi seberang. Matanya berbinar seperti kucing lapar. Rambutnya berkilau menari tertiup angin. Aku mengira dia tewas setelah melompat dari kereta yang melaju kencang, lepas dari tanganku yang gagal menahannya.
Saat kereta memasuki terowongan, aku mendekatinya. Menghilang perlahan, dia meninggalkan kursi kosong saat kereta muncul kembali di ujung terowongan, ke bawah naungan sinar rembulan.
Harum parfum yang tersisa satu-satunya bukti dia pernah ada.
Bandung, 16 Agustus 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H