"Entah mengapa malam ini aku pengen makan burung-burungan," kataku dan saat kembali dari meja prasmanan 'all you can eat' dengan piring berisi berbagai macam ayam dan bebek yang disiapkan dengan berbagai cara, mulai dari swiwi goreng, ayam masak brokoli, sampai bebek peking panggang.
Ghea tertawa sambil menghitung variasi menu di pringku. "Nggak nyangka kalau kamu lapar banget," guraunya.
"Ronde satu. Aku sudah punya rencana untuk tahap selanjutnya."
"Beneran kamu nggak mau rugi atau cuma berencana untuk tidak makan sampai bulan depan?"
Aku menatapnya dan terus makan tanpa komentar, tetapi kulihat Ghea sudah menghabiskan piring pertamanya dan mengambil piring kedua, ditumpuk tinggi dengan bermacam-macam variasi dimsum.
Aku mengisi piring kedua seperti janjiku, selesai makan dan memperhatikan gunung di piring ketiga Ghea
"Aku kenyang," kataku lalu menuangkan teh hijau di cangkir untukku dan dia.
"Aku belum," kata Ghea. "Kamu nggak ngambil dessert?"
"Kamu nggak mau rugi atau cuma berencana untuk tidak makan sampai bulan depan?"
"Ususku selalu cukup panjang untuk pencuci mulut." Ghea tertawa sambil menuju meja dessert.
Aku tertawa keras sehingga orang-orang menoleh kaget. Tak peduli, aku menuang secangkir teh lagi untuk diriku sendiri.
Cikarang, 16 Juli 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H