Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penampilan Terakhir

14 Juni 2023   06:14 Diperbarui: 14 Juni 2023   06:25 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilsutrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Siap untuk sesi foto close up, dia didandani dengan sempurna. Bebalut beludru dengan aksesori emas berlian tak ternilai harganya.

Meskipun hari-hari kejayaannya telah berlalu, seorang kekasih akan naik ke atas pentas malam ini. Suaranya yang merdu bergema dan membangkitkan panas masa mudanya.

Begitu banyak pria, dulu, menuntut kesempatan hanya untuk satu malam. Wanita juga, yang bermimpi memanfaatkannya untuk memulai karir mereka.

Dia bisa menjadi gundik yang kejam.

Pada awalnya, mereka yang menyerahkan semua yang dia rangkul dengan semangat panas membara, mengembangkan bakat mereka sampai ke langit, seakan bergemuruh dengan tepuk tangan.

Kemudian usia telah menggerogotinya seperti rayap memangsa papan hingga lapuk, meretakkan fasadnya, memudarkan kejayaannya, dan mereka meninggalkannya untuk mati tanpa nama di antara rakyat jelata yang tak bersuara.

Terhimpit di bawah lapisan tipis glamour kini dia membusuk sampai ke intinya.

Orkestra dimulai. Dia naik ke atas panggung. Disambut gemuruh ratusan penonton yang melompat berdiri, gelombang pasang kebencian dan kasih sayang yang membengkak sampai jantungnya meledak, menghujani kehancuran dan puing-puing kepada penonton.

Malam dihabiskan untuk merawat yang terluka dan mendoakan yang mati. Dan di pagi hari, gedung pertunjukan tua, di antara yang mati, menjadi reruntuhan yang membara di jurang lembah baja dan kaca.

 Bandung, 14 Juni 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun