Menjadi pahlawan itu gampang. Hanya proses ajaib yang terjadi dengan---atau lebih mungkin tanpa---persetujuanmu, dan kamu berubah dari pria biasa dengan pekerjaan sebagai pialang properti menjadi seseorang yang akan menyelamatkan dunia pada akhirnya.
Hari di mana aku menjadi pahlawan dimulai sepertinya pada  hari Senin yang cerah di awal musim semi.
Bocah pengantar surat kabar Kompas Masa Depan lewat dan mengirimkan berita minggu depan ke tabletku. Aku berpura-pura menangkapnya, dan dia melambai, berbelok, dan hampir menabrak pagar tanaman rumahku.
Mengetuk layar dan tanpa sengaja memuntahkan kopiku ke dalam uap air mancur kabut yang pasti akan menodai jubah mandi putihku dengan ribuan titik kecil berwarna cokelat.
Wajah menyeringai Mahiwal Linukh---wajahku---sengan satu alis ke atas satu ke bawah, menyeringai ke arahku dari kolom utama Senin depan.
"Hei Mahiwal, selamat ya!" Tetanggaku Prima mengangkat tabletnya tinggi-tinggi dengan dua jari tangannya dan berulang kali menunjuknya dengan tunggul yang berbeda. "Sukses menyelamatkan dunia!"
Prima tertatih-tatih menuju ke arahku. "Kau tahu, aku pernah mencoba menyelamatkan dunia. Tapi, tidak pernah pulih. Trauma bekas luka perang. Tak bisa diperbaiki!"
Aku memindai tabletku dan membuka berita. Aku tidak mungkin menjawab pertanyaan tentang bagaimana aku melakukan apa yang belum kulakukan.
Aku merenung. Kompas Masa Depan tidak mungkin membuat tentang seorang sales properti yang diam-diam menyukai seorang gadis cantik.
Aku tinggal sendiri, membayar cicilan rumah bersubsidi, sarapan bubur ayam dan ngopi pojok dapur sambil berharap Ghea Romanova adalah istriku. Bukan seseorang yang terkenal.