Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dementia

24 Mei 2023   20:46 Diperbarui: 24 Mei 2023   20:54 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dok. pri.

kata-kata, nama.

ekspresi ibu membeku seperti pohon,
satu per satu kenangan seperti dedaunan
lepas dari benaknya

penyair klasik melipat puisi
menjadi perahu kecil dan melarungnya ke hilir kali,
tak menyadari kemurungan atau penyesalan,

melupakannya dari penjara ingatan.

tak sabar untuk menjauh dari orang asing di cermin,
yang wajahnya membuat marah
haruskah dia menyedot giginya seperti itu?
haruskah dia terus berteriak dan terisak?

kata-kata, benda

kursi malas tempat dia tidur menonton TV,
meja tempat dia duduk menyisir rambut
keduanya tidak memikirkan apa-apa

tempat tidur ayunan bayi di lorong,
rumah tanpa perabot,
tanah kosong tanpa rumah.

sawah ladang menjorok ke pelosok hutan,
hutan menutupi tanah sejauh mata memandang
burung lekat di pepohonan
dan hewan yang mengendus
di semak-semak, di bawah pakis tinggi.

apakah lautan menggelinding,
seperti yang terjadi kini,
ke satu pantai dan pantai lainnya
sebelum airnya, warna darah, mendidih?
lahar merah kuning merayap di hamparan batu hitam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun