wajahku yang tersenyum
topeng yang menutupi tengkorak tanpa ekspresi
topeng yang bisa didorong dan ditarik ke sana-sini
menjadi cibiran dan seringai
 seringai dan tatapan tajam
tapi tengkorak di bawahnya
tidak menunjukkan suasana hati atau ingatan
ada di sana, sebuah objek,
sebuah mangkuk keramik
hidupku berputar mengorbit---
mencicipi dan melihat,
bermimpi dan berpikir---
seiring sinar matahari
menyinari pipi dan dahi
tulang tumpul di bawah
adalah dinding pemisah luar dari dalam
namun tetap tumbuh seperti aku,
dan tetap ada setelah aku tiada,
dengan giginya yang terkatup
dan lubang matanya yang kosong.
apakah hidup,
membimbing reaksi dengan tujuan batin
yang tidak akan pernah ku mengerti?
apakah menunggu hidungku patah
mirip gagang cangkir teh
dan telingaku berubah
menjadi bubur seperti sukun jatuh
dan dibiarkan membusuk di kebun?
apakah rindu emosi dan kontemplasi
hilang pergi seperti asap ditiup angin?
terkadang ku berpikir
itu ada sebagai pengingat
bahwa pada akhirnya aku bukan siapa-siapa
dan bukan siapa-siapa,
tak dapat dikenali tanpa topeng---