Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Morfologi Percakapan

18 Mei 2023   20:50 Diperbarui: 18 Mei 2023   20:53 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dok. pri

Prajurit mendapat modal plus insentif lainnya. Seperti mengirim isyarat yang disertai dengan kata-kata. Disiplin adalah kebiasaan dan kebiasaan menjadi tidak disadari dalam mengikuti Hukum---perbuatan baik hanya baik jika gerakannya yang berulang-ulang mulai berubah menjadi motivasi. Abstrakkan dirimu untuk memasukkannya secara umum. Bagaimana jadinya? Berhasrat untuk menjadi, berjuang untuk menjadi, dan kemudian takut akan konsekuensi. Bunuh seluruh gajah untuk mendapatkan gadingnya dan kau akan memulai dengan jantung berdegup yang baru saja memompa, dan kemudian kau mulai tidak yakin lagi dengan denyut nadi yang stabil. Persepsi mantap yang diciptakan oleh suara dan cahaya terpisah, semuanya terlindung dan berlayar dengan nyaman di sini, ruang tamu, tempat menunggu yang dipenuhi dengan keanggunan untuk kehilangan dan pekerjaan yang harus dilakukan. Berbaringlah, kepalamu ada di lautan dan setelah kelahiran kita mulai. Bertelanjang kaki untuk membaca huruf braille sejarah yang akan kita serang dengan lebih baik. Biayanya akan banyak sekali, gedung perkantoran harus membuat kau terbatuk, hubungan yang mengguncangmu. Selanjutnya: begitu kamu memikirkan cara untuk mencintai, mengapa meninggalkan rumah, mengapa memindahkan sistem saraf ke berbagai tempat, kekhususan, hanya teori yang akan berkembang seperti jamur pada roti yang tidak dikenal? Mengemudi pulang setelah makanan pencuci mulut, melewati gurun pasir dan sungai banjir. Apa yang pantas didapatkan tubuh, melewati bayangan, melalui refleksi, kau dapat (pada saat seperti itu) menatap benda itu sendiri tanpa kacamata dan krim kulit. Apa yang kau lihat di sana mulai mengganggu, mulai bercakap-cakap dan membuat keputusan. Darah memekik melalui otot sampai tubuh meletakkannya di antara sejarah setiap sisi persamaan yang kau buat, sedia bertempur. Diterima demikian adanya, karena di suatu tempat kau tak lagi terlihat secara matematis dan memang begitu adanya. Penyebabnya: kau membayangkan untuk keluar dan merasa senang untuk takut akan hal itu.

Bandung, 18 Mei 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun