Papa sungguh keterlaluan, memaksaku untuk terus melakukannya. Seorang gadis berusia tiga belas tahun harus bisa memutuskan sendiri. Aku benci flute! Aku sama sekali tak layak memainkannya. Membuatku ingin menangis.
Satu jam setiap hari sepulang sekolah. Dua jam di hari Sabtu. Dan kemudian di hari Minggu. Itu yang terburuk. Setiap hari Minggu setelah makan malam kami pergi menemui Nenek di panti jompo. Dan aku harus bermain untuknya.
Ya Tuhan! Orang tua itu pasti membenciku. Dan Nenek pasti tidak akan meninggalkan apa pun untukku dalam surat wasiatnya.
Oh Nenek yang malang, aku seharusnya tidak berpikir seperti itu tentang dia. Bagaimanapun, tidak hari ini. Hari ini aku mengeluarkan benda sialan itu dari mobil sebelum kami berangkat. Papa akan marah padaku. Dia sedang menepuk-nepuk bantal Nenek, inilah saatnya. "Brenda  sudah jauh lebih baik, Bu," katanya. "Tunggu sampai Ibu mendengarnya minggu ini."
Jadi aku akan bilang kalau aku lupa.
Papa tidak marah seperti yang kuharapkan. Sebaliknya, dia meraih ke bawah kursinya.
"Tidak apa-apa sayang," katanya. "Papa bawa cadangannya, untuk jaga-jaga."
Cikarang, 25 April 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H