Mereka memanggilnya Lahar Muntah karena api yang panas membakar menyala-nyala di dalam dirinya. Lelaki nitu adalah ksatria yang tak sengaja menjadi ksatria, tanpa tujuan, terlambat datang di antara kuntum mawar, maka mereka memberinya perona merah yang paling biasa untuk penanda warnanya.
Lahar Muntah telah menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam semacam tidur berjalan, dibangunkan oleh api Mawar, atau mungkin justru sebaliknya, dia yang membangunkannya, di usianya yang ketiga puluh tujuh tahun. Dia berusaha melawannya untuk waktu yang tak terlalu lama, sebelum menyerah pada arah dan jalan nafsu yang tidak pernah dia ketahui, berkembang dari manusia biasa menjadi Kstaria Mawar tanpa pernah mengerti mengapa atau bagaimana.
Dia hampir saja menemui ajalnya karena seorang wanita. Gadis itu adalah seorang kurir yang melintasi garis depan Tentara Matahari dan Tentara Bulan dengan kekebalan dari posisinya sebagai utusan.
Lahar Muntah telah terpikat olehnya saat pertemuan mereka di jalan setapak, jatuh cinta padanya tidak berlama-lama lagi kemudian. Namun gadis kurir itu hanya menari berdansa dan berbicara di depannya, menuntunnya lebih jauh merasuk ke dalam api, sampai setiap gerak dan pikirannya menjadi rasa sakit memutih di punggungnya menentang setiap asanya pada gadis itu.
Tibalah suatu hari ketika dia merasa dia harus menyatakan cintanya atau pergi menjauh dari sisinya.
Keputusan itu cukuplah sulit sehingga membekukan persendiannya dan mencengkeram kata-kata dalam dadanya, membuatnya diam membisu tak bergerak. Gadis itu mencium keningnya, tertawa dengan suara yang mengejutkan tapi menyenangkan, seperti ledakan rombongan burung puyuh lalu melanjutkan perjalanannya.
Tidak, aku berbohong.
Hari itu tiba, dan dia tidak bisa mempertaruhkan hatinya dengan kata-kata buruk dan tindakan canggungnya. Maka, saat gadis kurir itu tertidur di dekat kehangatan api unggun, menggumamkan rahasia dalam mimpinya, Lahar Muntah menyarungkan pedangnya dibalik jubahnya dan pergi ke tengah hutan. Di sana dia menangis mengucurkan air mata darah karena cintanya, dan menghindari gadis yang dicitainya itu untuk selamanya.
Tidak, lagi-lagi aku berbohong.
Hari itu tiba, dan Lahar Muntah mengumpulkan keberanian dan tindakan untuk duduk di sampingnya dan diam-diam menceritakan pikiran dan perasaannya. Gadis kurir itu mendengarkan dengan baik hati dan sabar menanti, hanya tertawa kecil, lalu menyambutnya ke dalam pelukannya.