Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Nggak Gampang "Hidup" sebagai Zombie (Enam)

15 Maret 2023   15:13 Diperbarui: 15 Maret 2023   15:13 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya", Kei mengangguk. "Tidak tahu berapa lama. Selama dia perlu, kurasa. Baik aku atau dia tidak punya keluarga lain, kau tahu. Kita harus menjaga mengurus anggota keluarga kita."

"Harus", Gilar setuju. "Seperti Euis-ku. Terus kembali, seperti uang receh."

Dia tertawa dan kemudian menambahkan, "Betul, kan? Uang receh seratus yang beredar tapi tak laku?"

"Pikirkan itu sebagai uang receh yang jelek," Kei memberitahunya, dan Gilar mengangguk dan berkata, ""Logam seratus rupiah buruk. Seharusnya waktu lahir namanya Gopek. Baru pas."

"Dia belum pergi?" Kei bertanya.

"Tidak. Katanya lakinya pasti akan memukulinya lagi, dan menunjukkan memar di wajahnya. Bilang, 'Abah, aku bisa tinggal, kan?' pasang tampang yang selalu dia buat waktu umurnya masih enam tahun dan meminta dibelikan es krim lagi. Aku bilang tentu saja sayang, meskipun sekarang umurnya lebih dari empat puluh."

"Anak akan selalu menjadi anak kecil," kata Kei.

"Gogon itu liar," Gilar mengingatkannya. "Ingat waktu dia muncul dengan Honda Civic bersama geng preman dulu?"

"Bukan geng," kata Kei. "Hanya klub anak-anak muda yang menyukai mobil."

"Lebih mirip geng," bantah Gilar. "Beberapa dari mereka muncul di berita karena merampok nasabah bank. Dua dari mereka adalah lelaki dewasa mantan narapidana."

"Gogon bilang dia bahkan tidak mengenal mereka."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun